Denpasar: Profesi Guru merupakan salah satu profesi yang memerlukan keprofesionalan dalam menjalankan tugas profesi sehingga membutuhkan berbagai macam keterampilan. Sebagai seorang guru, selain mengajar ilmu pengetahuan, guru juga bertugas membimbing siswa agar siswa dapat mencapai potensinya, sehingga guru di sekolah tidak hanya bertugas mengajarkan namun membelajarkan siswa. Dalam mengajar guru perlu berkomunikasi secara verbal maupun non verbal yang disebut gestur guru.
Namun dalam pelaksanaannya, masih ada guru yang belum menerapkan gestur secara maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran. Ketua Gugus Kapten Kompyang Sujana, yaitu I Ketut Budiarsa, S.Pd., M.Pd., menyatakan bahwa masih banyak guru pada proses pembelajaran yang belum maksimal dalam mempraktekkan gestur guru. Dari keseluruhan guru di SD Gugus Kapten Kompyang Sujana terdapat 54% gestur guru dalam kategori sedang dan 18% kategori rendah.
Melihat kondisi ini, sebuah inisiatif tengah digagas oleh dosen Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) yang tergabung dalam tim pengusul Pengabdian Kepada Masyarakat. Diantaranya, Drs.I Wayan Sujana, S.Pd., M.Pd., Adrianus I Wayang Ilia Yuda Sukmana, S.Kom., M.Pd., Drs. I Made Suarjana, M.Pd.
Ketua Tim, I Wayan Sujana mengatakan, pengabdian itu dituangkan yang bertajuk gestur humanis dan memesona berbasis Tri Kaya Parisudha bagi guru sekolah dasar di gugus Kapten Kompyang Sujana.
“Jadi untuk memaksimalkan kualitas professional guru dalam layanan pendidikan dengan meningkatkan keterampilan mengajar guru melalui gestur humanis dan memesona yang dibarengi dengan prinsip Tri Kaya Parisudha,” ujarnya.
Implementasi Gestur Guru yang Humanis dan Memesona berbasis Tri Kaya Parisudha
Dalam pelaksanaannya, pelatihan tersebut melibatkan 45 orang guru di Gugus Kapten Kompyang Sujana, melalui diskusi dan sharing ilmu, terkait cara gestur tubuh yang baik dalam membelajarkan siswa di kelas.
“Kami ingin menanamkan nilai-nilai luhur Tri Kaya Parisudha seperti manacika, wacika, dan kayika dengan gestur tubuh guru saat belajar bersama siswa di kelas. Selain itu, kami juga berharap dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan pendekatan yang lebih humanis dan memesona,” ujar I Wayan Sujana.
Sementara itu, Tri Kaya Parisudha, yang berarti “tiga perbuatan yang disucikan” merupakan ajaran Hindu yang menekankan pentingnya berpikir yang baik (manacika), berkata yang (wacika), dan berbuat yang baik (kayika).
Implementasi gestur humanis dan memesona berbasis Tri Kaya Parisudha di SDN 10 Padangsambian
Dikatakan, pelatihan dan pengamatan ke sekolah, berdampak pada peningkatan gestur tubuh yang humanis dan memesona, dalam mengelola kelas. Dibuktikan dengan gestur guru yang disertai gerakan tangan atau jari, mimik wajah ceria, menatap siswa dengan hangat dan gerakan tubuh.