Upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi salah satu pilar penting untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045. Sehingga berbagai inovasi, riset di bidang pendidikan diharapkan mampu dihilirisasi untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam penyelenggaraan pendidikan serta peningkatan kualitas pendidikan yang merata untuk semua peserta didik. Salah satu permasalahan yang dihadapi sekolah saat ini adalah menyiapkan siswa secara mental untuk mengikuti pembelajaran. Kenyataannya, tidak semua siswa memiliki kesiapan mental untuk belajar, sehingga informasi dan pembelajaran yang diterima dalam proses pembelajaran yang seharusnya menjadi pengetahuan belum optimal. Sehingga sebenarnya, rendahnya prestasi siswa bukan semata-mata karena metode pembelajaran, media atau kurangnya kompetensi guru, namun dapat terjadi karena siswa yang belum memiliki kesiapan secara mental untuk belajar, sehingga proses kognitifnya gagal mengelola informasi dalam proses pembelajaran ke dalam long term memory yang kapasitasnya lebih besar dibandingkan short term memory, sehingga infromasi yang diterima dapat menjadi pengetahuan yang melekat. Sangatlah rugi jika para guru bersusah payah menyiapkan pembelajaran dengan baik, menyiapkan media yang interaktif, namun ternyata siswa sebagai penerima pembelajaran tidak memiliki kesiapan.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah saat ini sedang gencarnya mencanangkan diferensiasi pembelajaran yang mengharuskan para guru untuk memahami berbagai karakteristik dan kebutuhan belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman guru tentang neurosains menjadi semakin penting, dikarenakan neurosains dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang cara kerja otak dalam proses belajar, sehingga dapat membantu guru untuk merancang pembelajaran dan menentukan metode pengajaran yang lebih efektif dan sesuai dengan perkembangan kognitif siswa. Dengan memahami neurosains, guru tidak hanya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga diharapkan dapat membantu siswa untuk mengembangkan kompetensi abad ke-21.
Hal ini mendorong akademisi Undiksha, Prof. Dr. Kadek Suranata, M.Pd., Kons. beserta tim untuk menyelenggarakan pelatihan Neuro-linguistic Programming (NLP) dan hypnoteaching bagi para guru. Kegiatan ini didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Undiksha melalui Hibah Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) tahun 2024. Terdapat 3 sekolah di Kecamatan Kintamani, Bangli yang dilibatkan dalam pelaksanaan P2M ini yakni SMPN 7 Kintamani, SMPN Satap 2 Kintamani, dan SMPN Satap 4 Kintamani. Kegiatan semiloka diselenggarakan selama dua hari pada tanggal 6 -7 September 2024 bertempat di SMPN 7 Kintamani ini dihadiri kepala sekolah serta para guru yang berasal dari sekolah mitra pengabdian. Yang selanjutkan akan dilakukan pendampingan pelaksanaan kaji tindak implementasi NLP dan Hypnoteaching oleh para guru peserta kegiatan.
Selain memberikan pelatihan implementasi metode NLP dan hypnoteaching bagi para guru, kegiatan ini juga menghadirkan tiga orang narasumber untuk berbagi praktik baik (best practice) mengenai pengelolaan kinerja guru di Platform Merdeka Mengajar (PMM). Narasumber yang dihadirkan adalah Guru Penggerak yang sebelumnya telah mendapatkan pelatihan mendalam mengenai implementasi Kurikulum Merdeka.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru untuk menerapkan metode NLP dan hypnoteaching khususnya dalam pembelajaran sebagai upaya untuk membantu siswa mengikuti proses belajar yang lebih efektif dan bermanfaat. Melalui kegiatan ini, para guru juga memperoleh kesempatan berbagi praktik baik serta mendukung optimalisasi pengelolaan kinerja guru pada Platform Merdeka Mengajar (PMM).