Selain aktif berbagi di media Undiksha Dr. I Gede Margunayasa, S.Pd., M.Pd juga berbagi di media luar Undiksha. Salah satunya seperti kegiatan Senari yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) Buleleng pada 25 Juli 2020. Senari atau seminar daring IGI Buleleng ini mengambil topik tentang Desain Baru Pembelajaran di SD pada Masa Pandemi Covid-19. Menurut Marguna adanya seminar ini berawal dari komunikasinya dengan salah satu kepala sekolah muda yang selalu mengkuti kegiatan sharing bersama Marguna sejak September 2018. Ia adalah operator dari kegiatan Senari, I Komang Muliantara, M.Pd.
Sebagai narasumber dosen yang juga koordinator program studi PGSD ini menampilkan foto-foto kegiatan belajarnya dengan anak-anak SD dan mahasiswanya. Melalui foto itu ia mengungkapkan rasa rindunya dengan kegiaan belajar mengajar di kelas, “saya kangen sekali dengan kegiatan-kegiatan seperti ini dan terus terang saya kangen dengan mahasiswa saya. Bagaimana dengan bapak dan ibu?”, ungkap marguna kemudian bertanya dengan peserta senari yang merupakan bapak dan ibu guru sekolah dasar.
Melihat perubahan lingkungan seperti sekarang, Dosen kelahiran Panji ini menjelaskan bahwa yang perlu kita lakukan adalah adaptasi. Contoh adaptasi misalnya pada mata kuliah praktikum IPA, tentang bagaimana supaya terampil melakukan praktikum misalnya membuat handsanitizer. Kemudian diperlihatkan juga pembelajaran IPA yang dikemas dalam bentuk komik buatan mahasiswanya. Ini menjadi bukti bahwa mahasiswa itu kreatif dan sebagai guru harus percaya pada muridnya.
Belakangan ini pembelajaran daring yang lebih suka disebut Marguna sebagai pembelajaran jarak jauh sangat populer sekali. PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dapat dilakukan dalam bentuk pembelajaran online full, blanded learning, pembelajaran digital, pembelajaran berbasis teknologi komunikasi dan pembelajaran moduler. Walalupun demikian pada hakekatnya pembelajaran tidak boleh berubah. Hakekat pembelajaran yang wajib ada adalah proses interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan pendidik dan peserta didik dengan sumber belajar.
Yang pertama harus dpikirkan menurut Marguna bukanlah tentang LMS (learning managenet system) melainkan tentang analisis. Bagaian ini penting dilakukan tetapi banyak yang tidak melakukannya. Contoh analisis misalnya menganalisa siswa yang diajar kelas berapa? Sudah bisa apa? Dari analisa itu bisa diambil kebijakan jika kelas 1, instruksi guru bukan ke siswa tapi ke orang tua. Jika kelas 6 mungkin instruksi guru bisa langsung ke siswa. Selain iu analisa juga ketersedian sumber pada siswa misalnya punya buku atau tidak, punya hp atau tidak, siapa yang membawa hp, apakah ada paket internet atau tidak. Dan tidak lupa juga menganalisa kemampuan sebagai seorang guru. Sehingga dari analisa ini guru mampu memberikan hal yang sesuai untuk siswanya.
Terpenting kedua adalah tentang desain (pola), guru harus memikirkan hal yang paling sederhana, kompleks hingga paling teknis dan detail. Desain ini memiliki pola yang sama misalnya senin belajar matematika maka senin depan juga belajar matematika, lebih mirip seperti jadwal pelajaran. Sehingga siswa tahu gurunya akan memberikan apa saat pembelajaran. Marguna menyarankan paling mudah guru-guru dapat melakukan dengan sistem PeDaTi yang merupakan akronim dari Pelajari, Dalami, Terapkan dan Evaluasi.
Pelajari, siswa belajar dari apa ? siswa bisa belajar dari meteri, buku siswa, ringkasan materi, lingkungan, slide presentasi, video pembelajaran dan rekaman suara dari gurunya. Kemudian dalami dapat dilakukan dengan cara memberikan topik diskusi dengan tingkat pemecahan yang sulit. Misalnya diskusi tentang bunga, “apakah setiap bunga memiliki bagian yang sama?”. Ketiga terapkan, siswa menerapkan apa yang sudah dipelajari dan didiskusikan. Pada tahap ini guru harus memikirkan dengan baik karena disinilah siswa benar-benar belajar. Caranya dengan membuat tugas dan mengerjakan LKPD. Terakhir adalah evaluasi, yaitu melihat ketercapaian tujuan, menilai apa yang sudah dilakukan siswa, menilai tugas dan kegiatannya, memberikan teks dan lainnya. Perlu ditekankan bahwa guru harus mampu memotivasi siswa agar siswa mengerjakan tugasnya secara mandiri. Marguna berharap guru-guru yakin untuk melakukan yang terbaik dari kondisi yang ada seperti kata Manabu Sato.
Berikutnya Marguna menampilkan contoh desain e-learning di PGSD. Pada desain terdapat pada pertemuan keberapa diberikan materi dan PPT, diskusi, tugas dan ujian harus diberikan kepada mahasiswa. Kemudian ditampilkan pula bagaimana desain pembelajaran daring melalui WA serta bagaimaa guru melakukan manajemen agar pekerjaanya dapat dilakukan secara efektif dan efesien. Pada intinya Marguna memberi kesimpulan bahwa yang paling tahu situasi adalah bapak dan ibu guru disekolah dengan melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan. Buat desain pembelajaran dengan cermat berdasarkan hasil analisis dan usahakan tidak berubah-ubah. Catat kendala dan kelemahannya sebagai pertimbangan perbaikan berikutnya. Perbanyak kegiatan life skill/ project siswa dengan mengurangi materi dan ingat selalu memberikan umpan balik.
https://youtu.be/0wJCvKRoUPQ