Dewa Ayu Puteri Handayani, S.Psi., M.Sc berbicara tentang dilema sosial pada masa pandemi covid-19 dalam acara Sapa Bali Pagi Ruang Psikologi, Kompas TV Dewata pada 24 Juli 2020. Puteri menjelaskan bahwa dilema sosial merupakan konflik batin antara kepentingan pribadi yang cenderung jangka pendek dengan kepentingan bersama yang sifatnya jangka panjang. Contohnya seperti prilaku korupsi, “kita bingung memilih antara mengambil hak orang lain untuk memperkaya diri sendiri yang sifatnya jangka pendek namun juga menahan diri untuk kepentingan orang banyak dan pada akhirnya semua orang akan merasakan hasil dari itu”, ujar Puteri. Dilema sosial rentan dirasakan oleh semua orang tapi yang membedakan adalah perbedaan kepribadian, cara pandang dan lingkungan yang membuat seseorang mengambil keputusan yang tidak sama dengan orang lain.
Saat pendemi ini ada 3 hal pokok yang merupakan dampak dari dilema yaitu penggunaan masker, mudik dan ketersediaan barang yang ada di pasar. Misalnya terkait ketersediaan barang di pasar merupakan dampak dari dilema antara takut kekurangan stock, harga semakin mahal disisi lain orang lain juga tidak bisa memenuhi kebutuhannya. Padahal yang menstimulus mahalnya harga barang adalah permintaan yang tinggi sedangkan persediannya sedikit. Disinilah rasional dari masyarakat mulai hilang sehingga terjadi impulsive buying atau panic buying.
Membuat keputusan ketika sedang mengalami dilema sosial dapat disebabkan oleh noise. Noise ada yang positif dan negative. Noise ini berasal dari lingkungan kita, contoh dari noise positif adalah ketika kita ingin memberi sumbangan Rp 300.000, keluarga kita menyarankan untuk memberikan lebih dari itu kemudian kita memutuskan memberikan Rp. 500.000. Sedangkan noise yang negatif akan membuat keputusan untuk menurunkan jumlah sumbangan dari yang awalnya Rp 500.000 menjadi Rp 300.000.
Sebenarnya pandemi ini merupakan sesuatu yang tidak pasti, pertama tidak pasti kapan akan berakhir dan keduan tidak pasti bagaiman sikap orang-orang menghadapinya. Ketidakpastian ini kerap kali mengakibatkan pembuatan keputusan yang salah karena kita tidak tahu apakah orang-orang akan melakukan seperti yang kita lakukan. Maka dari itu penting bagi kita untuk berfikir rasional, mencari tahu informasi sebanyak-banyaknya tentang situasi saat ini baik informasi dalam negeri maupun luar negeri terutama tentang kebijakan-kebijakan pemerintah.
Orang yang rentan mengambil keputusan kurang tepat akibat dilema sosial adalah mereka yang memiliki kadar selfish (egois) tinggi. Orang dengan tingkat selfish yang tinggi ini disebabkan oleh karakternya dan lingkungannya. Sebenarnya hampir semua orang selfish tapi kadarnya berbeda-beda. Maka dari itu perlu adanya reward dan punishment. Bentuk dari reward misalnya pujian “wah rajin banget pakai masker”. Sedangkan punishment bisa dengan meng-exclude (mengecualikan) orang karena tidak memakai masker misalnya. Sehingga timbul kesadaran untuk selalu memakai masker.
Saat pandemi ini yang dibutuhkan adalah kerjasama atau kooperatif kebalikan dari selfish. Sikap kita yang selfish seperti menimbun masker misalnya akan membuat orang lain tidak mendapat dan menggunakan masker. Pada akhirya orang lain yang akan menyebarkan virusnya. Maka dari itu perlu adanya sikap yang kooperatif, mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Ada orang-orang yang dari awal memang sudah kooperatif dan ada yang selfish dulu baru kooperatif. Karakter memang sulit dirubah tapi karena lingkungan itu bisa dirubah.
Melihat fenomena new normal sebentar lagi Bali akan ramai lagi dan new normal sebenarnya masih dalam masa pandemi. Perlu kita saling berbagi informasi agar masyarakat tetap merasa cemas dengan kadar yang cukup bukan berarti menakut-nakuti. Dengan merasa cemas maka masyarakat akan merasa urgent dan dapat digunakan sebagai alarm. Untuk itu kita perlu memberikan informasi sefaktual mungkin. Perlu adanya keyakinan diri, walaupun hanya 1 orang juga sangat berpengaruh.
Tipsnya adalah:
1. Mencari informasi seakurat mungkin
Sebagai individu dewasa bisa melakukan riset kecil, tidak hanya Indonesia tapi dunia.
2. Sosial control
Ketika melihat orang yang selfis berikan peringatan dalam bentuk teguran atau menjauhi mereka.
3. Kita harus ingat kita bagian entitas yang lebih besar yaitu negara.