Gianyar – Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) kembali menunjukkan komitmennya dalam pengabdian kepada masyarakat melalui program bertajuk “Media Interaksi: Menembus Batas Penyandang Disabilitas”. Program ini bertujuan untuk meningkatkan literasi aksara Bali bagi siswa penyandang disabilitas, khususnya yang berada di SLB Negeri 1 Gianyar. Program ini berlangsung selama satu tahun dan diinisiasi oleh tim pengabdian masyarakat yang dipimpin oleh Prof. Dr. I Ketut Gading M.Psi. dengan dukungan dari beberapa anggota akademisi Universitas Pendidikan Ganesha.
Sosialisasi Media Interaksi: Penembus Batas Penyandang Disabilitas di SLB Negeri 1 Gianyar
Dalam implementasi program ini, media pembelajaran inovatif yang dikenal sebagai Relief Aksara Bali (Reaksi) dikembangkan untuk mendukung pembelajaran aksara Bali bagi siswa disabilitas. Reaksi merupakan media yang dapat dilihat, didengar, dan diraba, sehingga sesuai dengan kebutuhan siswa dengan berbagai jenis disabilitas, seperti tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Dengan adanya media ini, diharapkan siswa disabilitas dapat memahami dan menulis aksara Bali dengan lebih mudah dan menyenangkan.
Prof. Dr. I Ketut Gading M.Psi. selaku ketua tim pengabdian masyarakat ini, menyatakan bahwa program ini merupakan terobosan baru dalam dunia pendidikan bagi penyandang disabilitas di Bali. “Media interaktif yang kami kembangkan, Relief Aksara Bali, bertujuan untuk memfasilitasi pembelajaran aksara Bali dengan pendekatan yang lebih inklusif. Kami berharap ini dapat menembus batasan yang selama ini dihadapi siswa disabilitas dalam belajar aksara Bali,” ujarnya.
Program ini tidak lepas dari kerja sama antara Universitas Pendidikan Ganesha dan SLB Negeri 1 Gianyar. Komang Eka Ayu Parwati, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala SLB Negeri 1 Gianyar, mengapresiasi inisiatif ini. Menurutnya, media pembelajaran yang dikembangkan mampu memberikan dampak positif bagi siswa disabilitas yang selama ini menghadapi kesulitan dalam belajar aksara Bali.
“Di SLB Negeri 1 Gianyar, siswa disabilitas belum pernah menggunakan media khusus untuk pembelajaran aksara Bali. Dengan adanya Relief Aksara Bali (Reaksi), siswa bisa lebih mudah mengenal aksara Bali, dan ini akan sangat membantu mereka dalam belajar” ungkap Komang Eka Ayu Parwati, S.Pd., M.Pd.
Dengan adanya media ini diharapkan dapat memperkuat upaya pelestarian bahasa dan aksara Bali, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2018 dan Peraturan Gubernur Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali. Program ini juga sejalan dengan kurikulum merdeka yang memberikan hak dan kesempatan yang sama bagi siswa disabilitas untuk belajar aksara Bali selama dua jam per minggu.
Implementasi Penggunaan Relief Aksara Bali (Reaksi) kepada Seluruh Siswa Disabilitas di SLB Negeri 1 Gianyar
Sampai saat ini, program telah mencapai 80% dari target pelaksanaan. Tim pengabdian telah berhasil mengembangkan dan mengimplementasikan media Reaksi, serta memberikan pelatihan kepada guru-guru di SLB Negeri 1 Gianyar tentang cara menggunakan media ini dalam proses pembelajaran. Drs. I Wayan Sujana, S.Pd., M.Pd., salah satu anggota tim, menyampaikan bahwa implementasi media Reaksi di lapangan menunjukkan hasil yang positif.
“Kami melihat peningkatan yang signifikan dalam literasi aksara Bali siswa setelah menggunakan media Reaksi. Sebelumnya, hanya sekitar 25% siswa yang memiliki pemahaman dasar tentang aksara Bali, dan kini telah meningkat menjadi 89%” ujarnya.
Penerapan Relief Aksara Bali (Reaksi) oleh Siswa Disabilitas
Program ini tidak hanya berhenti pada pengembangan media pembelajaran. Tim pengabdian juga berupaya untuk membangun Taman Literasi di SLB Negeri 1 Gianyar, yang akan menjadi tempat untuk meningkatkan minat siswa dalam literasi aksara Bali. Keberlanjutan program ini juga melibatkan pemantauan berkala dan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan di masa mendatang.
Melalui program ini, diharapkan literasi aksara Bali di kalangan siswa disabilitas dapat terus meningkat. Selain itu, program ini juga berpotensi menjadi model untuk diimplementasikan di sekolah luar biasa lainnya di Bali.
“Kami berharap media ini dapat diterapkan di lebih banyak SLB dan membantu lebih banyak siswa disabilitas dalam belajar aksara Bali. Ini adalah bagian dari upaya kami untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif dan mendukung pelestarian budaya Bali” ujar Prof. Dr. I Ketut Gading, M.Psi. (hms FIP)