Berbicara soal sosial emosional cukup sulit karena sosial emosional susah di kuatitatifkan. Sama halnya seperti memberikan nilai pada soal matematika lebih mudah dari pada memberikan nilai saat anak mampu menyapa temannya. Mungkin kita pernah merasa ragu akan hal ini tapi kuncinya adalah niat baik dari orang tua. Pada dasarnya orang tua memiliki peran amat penting dalam menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak, baik pada saat pandemi maupun saat kondisi normal.
Pada masa pandemi ini terasa lebih menantang karena anak-anak tidak dapat bersosialisasi dengan teman-temannya. kesempatan sosialisasi satu-satunya adalah dengan orang tua dan orang tua harus siap menjadi teman bagi anaknya. Anak-anak sebenarnya merasakan, sama seperti yang bapak ibu rasakan. Jika bapak ibu merasakan ketidakpastian, sumpek dan jengkel anak-anak juga sama menderitanya dengan kita. Tapi mereka belum mampu mengungkapkan perasaan itu, akibatnya mereka akan rewel, ingin terus diperhatikan orang tua, banyak menghabiskan waktu di depan gadget dan televisi sehingga menyebabkan waktu belajar berkurang.
Apa yang harus dilakukan adalah kondisi sulit ini harus diterima dulu. Berikan perhatian yang utama kepada anak karena masa perkembangannya hanya sekali ini tidak bisa diulang lagi sehingga sampingkan dulu perasaan ego bapak dan ibu ingat saat ini anak membutuhkan kita. Yang saya sarankan bukan anaknya yang harus menyesuaikan, tapi orang tuanya. Orang tua dapat memanfaatkan situasi ini untuk membangun kedekatan dengan anak dan melakukan hal-hal positif.
Stimulasi perkembangan sosail emosional penting karena orang tua harus menyiapkan anak untuk hidup bersama orang lain di masyarakat. Dan tentunya kita ingin anak hidup dalam taraf positif, sejahtera dan berbahagia. Ini harus disiapkan dari sekarang. Mengenal abjad tentu lebih dari pada mengajarkan anak mampu belajar dikelas tanpa di dampingi orang tuanya, ke kamar mandi dan makan sendiri serta sering bermain bersama teman. Perlu penyesuaian diri dan kematangan sosial emosional pada usia 6-7 tahun menjelang masuk sekolah dasar.
Berhubungan dengan fungsi eksekutif. Fungsi eksekutif merupakan kecakapan kita untuk menyelesaikan berbagai hal, yaitu menggunakan kecakapan mental untuk menentukan tujuan dan merencanakan bagaimana kita melakukan sesuatu, menentukan prioritas dan menyelesaikan apa yang sudah kita mulai serta bagaimana memotivasi diri sendiri. Latihan fungsi eksekutif perlu dimulai sejak dini dengan cara memberitahu kepada anak kalau makan harus sampai habis, mengerjakan sesuatu harus sampai selesai, setelah bermain di rapikan. Latihan sederhana ini dapat membantu meningkatkan fungsi ekesekutif pada anak.
Bagaimana caranya meningkatkan sosial emosional di masa pandemi ini yaitu dengan menggunakan waktu selama belajar dari rumah untuk melatih anak dengan keterampilan bantu diri. Beri penguatan positif pada anak untuk memulai dan menyelesaikan tugas. Penguatan dapat berupa ucapan terimakasih karena sudah menyelesaikan tugasnya, usahakan bukan hanya mengatakan bagus atau pintar tapi disampaikan secara spesifik terkait tugas yang sudah diselesaikan.
Apa yang harus dilakukan orang tua di masa pandemi ini? Orang tua dapat menciptakan struktur atau rutinitas untuk anak. Mario Montesori mengatakan bahwa anak-anak suka keteraturan karena kalau teratur dia merasa aman. Dia tahu setelah ini apa yang akan terjadi dalam kehidupannya. Kedua, dengan menumbuhkan sikap positif dalam diri anak. Karena rutinitas sehari-hari mencari nafkah orang tua lupa memikirkan nilai-nilai hidup apa yang ingin dilihat pada anaknya. Misalnya ingin nilai kerja keras, kejujuran dan tanggung jawab. Anak-anak tidak cuma butuh dikasi makan, pakaian dan fasilitas tapi ada satu hal yaitu jiwanya harus diberi makan juga. Mereka pun sebenarnya sudah membawa nilai hidup yang baik dalam diri mereka sejak lahir. Ibarat tanaman nilai-nilai tersebut perlu disiram dan dipupuk.
Untuk memupuk nilai-nilai itu pastikan anak-anak melihat contohnya. Kalau anak tidak nurut bisa jadi belum ada contohnya. Melalui contoh ini anak akan tahu bagaimana caranya melakukan sesuatu. Anak juga perlu berlatih mengungkapkan perasaan. Ketika anak menangis ajari anak untuk mengatakan apa yang ia rasakan. Anak bisa berlatih mengungkapkan perasaanya melalui berbagai kegiatan, misalnya menggambar dan bercerita. Berlatih kosa kata perasaan misalnya sedih, marah, senang, jengkel, takut. Lakukan ini baik pada anak laki-laki maupun perempuan.
Anak harus dibekali konsep diri yang positif dengan cara sederhana. Orang tua atau guru ketika memberikan penguatan positif dapat memberikan pernyataan konfirmasi bahwa kamu mampu. Apabila anak menangis saat mengerjakan tugas biarkan dia menangis tapi tetap di dukung untuk menyelesaikan tugasnya. Karena menangis sebenarnya adalah strategi anak agar tidak disuruh mengerjakan tugas. Anak-anak yang seperti ini biasanya disebabkan karena malas. Jika malas maka pecah beban tugasnya menjadi bagian-bagian kecil tiap harinya kemudian tambah beban tugasnya pada hari-hari berikutnya. Sedangkan jika penyebabnya karena anak tidak bisa harus dilatih sampai bisa. Pada intinya tidak ada gaya pengasuhan yang paten kenapa karena kondisi setiap keluarga berbeda beda. Orang tua dan guru harus punya keyakinan pada diri sendiri dan jangan mengasuh dengan ketakutan.