New normal menjadi babak baru bagi dunia pendidikan untuk melanjutkan jalannya pendidikan walaupun kondisi akibat pandemi covid-19 belum sepenuhnya pulih. Karena cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa harus tetap diperjuangkan melalui pendidikan. Selama 4 bulan sudah proses pembelajaran dilakukan tanpa kesekolah perlu adanya evaluasi untuk meningkatkan proses pembelajaran daring yang menimbulkan banyak kritik dari mayarakat di awal penerapannya. Para akademisi pun menunjukkan kepeduliannya dengan menyelenggarakan webinar sebagai wadah diskusi dan sharing via daring. Selaku penyelenggara webinar Institut Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram memilih 2 orang narasumber yang sangat berkompeten pada bidang pendidikan. Salah satunya adalah dosen Universitas Pendidikan Ganesha, Dr. I Wayan Widiana, M.Pd.
Webinar yang berjudul Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Daring di Era New Normal ini telah diselenggarakan pada Kamis, 16 Juli 2020 menggunakan media zoom dan youtube. Pada kesempatan itu Widiana berkesempatan membawakan materi tentang evaluasi pembelajaran perguruan tinggi dalam daring di era new normal. Pada awal presentasinya ia mengungkapkan rasa senangnya karena melihat teman-teman sangat antusias memperbaiki kondisi pembelajaran yang menunjukkan kepedulian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Berlanjut ke penyampaian materi intinya, dijelaskan bahwa proses pembelajaran dan penilaian itu berbeda. Pembelajaran boleh berubah tetapi penilaian pada fungsi dan prinsipnya tidak boleh berubah yang boleh berubah adalah caranya. Prinsip asesmen adalah berkesinambungan, menyeluruh, terpadu, sahih, objektif, beracuan criteria, terbuka, akuntabel, dan adil. Ia mengatakan telah membaca buku lama dan menemukan referensi menurut Nitko tahun 1996 yang menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan maksimal saat lebih banyak kegiatan digunakan untuk asesmen. Asesmen yang baik merupakan penjaminan gambaran pembelajaran yang terjadi. Asesmen yang baik memberi data yang sahih sehingga dapat diambil tindah lanjut yang sesuai. Begitulah pentingnya asesmen menurut Widiana.
Kemudian wakil Dekan III, FIP, Undiksha ini menjelaskan hal yang tidak boleh berubaha dalam proses pembelajaran yaitu tentang wajib adanya rencana, proses, asesmen, analisis dan umpan balik dalam pembelajaran. Sebelum covid-19 pembelajaran didominasi dengan tatap muka sedangkan saat covid pembelajaran didominasi dengan e-learning atau metode pembelajaran daring lainnya. Maka di masa new normal nanti Widiana yakin perguruan tinggi cenderung lebih mudah beradaptasi dengan blanded learning atau pola pembelajaran campuran antara pembelajaran di kelas dan online. Bagaimana asesmennya? Mengambil contoh yang diteapkan di Undiksha para dosen diberikan penjelasan tidak boleh merubah fungsi asesmen, hanya caranya saja yang dirubah secara online, karena caranya dilakukan secara online banyak aplikasi yang dikembangkan di Undiksha. Sehingga dapat memaknai apa yang sudah di asesmen, memaknai dalam arti apa yang diasesmen dapat berguna dan bermanfaat.
Widiana juga menegaskan bahwa asesmen tidak boleh diseragamkan karena perbedaan kompetensi yang dimiliki mahasiswa. Belakangan ini muncul istilah asesmen otentik. Asesmen otentik adalah asesmen yang diberikan kepada peserta didik uuntuk mengukur kompetensi. Kompetensi yang diinginkan oleh seorang pendidik dan peserta didiknya. Asesmen dapat dilakukan melalui kinerja pembuatan proyek, portofolio yang dapat digunakan di berbagai tingkatan pendidikan. Perlu memilah dan memilih materi yang dapat menggunakan asesmen otentik. Widiana mencontohkan, “kalau di pembelajaran bahasa bali ada materi tentang lontar misalnya kompetensi yang diinginkan adalah kompetensi membuat lontar nah itu tidak bisa dengan tes saja. Kalau tes saja yang diberikan iu tidak akan mengukur kompetensi yang sebenarnya. Oleh sebab itu perlu asesmen otensik misalnya dengan memberikan proyek, tugas atau portoofolio”. Bagaimana cara kita mengetahui bahwa asemen yang kita gunakan bermanfaat ada 5 hal yang perlu dilakukan menurut Bachman dan palmer (2001):
- pengetahuan tentang topik
- Pengetahuan tentang bahasa
- Atribut personal
- Skemata afektif
- Strategi pemecahan masalah
Ia juga menjelaskan mengenai asesmen mandiri sesuai prinsip dan jujur sehingga mahasiswa dapat belajar lebih banyak. Kalau UTS dan UAS untuk memberikan skor, penilaian mandiri justru untuk memperbaiki kemampuan. Asesmen ini termasuk paling sulit dilakukan karena rata-rata masih ada yang tidak jujur, mencontek dan curang. Asesmen mandiri perlu petunjuk proses pembelajaran yang jelas. Menarik menurut Widiana bahwa ibu-ibu yang jualan online sudah melakukan penilaian mandiri. Mulai dari belajar memasak mandiri dengan meniru video youube kemudian mencicipi sendiri hasil masakannya sampai dia sendiri yang mengomentari dan memutuskan untuk dijual secara online.
Asesmen yang dapat dilakukan saat new normal adalah asesmen kinerja, projek, portofolio dan esai. Asesmen diri sebenarnya sudah digunakan di Universitas Terbuka. Ia sendiri menjelaskan dalam perkuliahan yang dilakukan saat memberi tugas observasi kepada mahasiswa bisa menggunakan google form dan menyebarkan google form secara online. Sedangkan dalam pembelajaran biasanya Widiana memberikan video pembelajaran kemudian mengintruksikan tugasnya lalu mahasiswa mengirim tugas yang sudah dikerjakan, tugas diperiksa dan diberikan umpan balik berupa komentar. Menurutnya ini efektif dilakukan dan yang terpenting harus ada umpan balik dari umpan balik ini diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. “Jangan sampai gara-gara new normal kita menggunakan aplikasi tapi esensi dari asesmennya tidak tidak berjalan, contoh kita ingin bergaya menggunakan google form, elearning tapi tidak memberikan umpan balik menurut saya itu bohong”, kata Widiana. Asesmen mandiri dapat dilakukan dengan,
- Buat kontrak perkuliahan, jika petunjukkanya lengkan bisa belajar mandiri dan tidak perlu menunggu dosen.
- Ada petunjuk evaluasi yang jelas
- Ada petunjuk evaluasi/penjelasan yang jelas untuk mengklarifikasi
- Ada umpan balik
Dipaparkan pula berbagai macam aplikasi yang dapat digunakan seperti google classroom, edmodo, plikers dan yang terpenting adalah aplikasi turnitin atau sejenisnya. Aplikasi yang digunakan untuk mengecek similarity ini penting untuk memastikan tugas yang dibuat mahasiswa adalah karya sendiri bukan plagiasi. Kesimpulannya tidak ada perbedaan proses pembelajaran, yang berbeda hanya tempatnya. Buktinya beberapa sekolah sudah berhasil secara rutin menerapkan proses pembelajaran secara daring.
https://youtu.be/R_I60z-a_bg